Al Qur’an adalah kitab suci yang hebat. Al Qur’an bisa di baca siapa saja dan siapa saja bisa memahami Al Qur’an dengan masing-masing tingkat intelektualitas orang yang membacanya.

Untuk orang dengan low intelektual dia akan mendapati tafsirnya dengan low juga, sehingga mereka akan memahaminya dengan pemahaman yang dangkal.

Sedangkan bagi orang dengan High intelektual dia akan mendapatkan tafsir yang Deep, sehingga bisa dikatakan mereka akan mendapatkan Deep Meaning dari apa-apa yang tertera di ayat-ayat Al-Qur’an.

Bagi orang yang Low intelektual merasa bisa memahami Al-Qur’an dan senang. Begitu pun dengan orang-orang yang Highly intelektual termasuk juga orang-orang yang berada di antara Low dan High. Semua merasa senang membaca Al-Qur’an dan merasa bisa memahami ayat demi ayat.

Karena itu, tidak perlu masing-masing pembaca al-Qur’an merasa paling berhak memahami al-Qur’an. Sebab, kalau ditelisik, sebagai pembaca statusnya pun sama-sama tak lebih sebagai penafsir. Setiap penafsir mempunyai pemahamannya sendiri tergantung kadar kecerdasannya. Dari sinilah diperlukan dalam memahami al-Qur’an bukan klaim atau vonis mana yang paling berhak, melainkan dialog secara terbuka untuk saling memahami penafsiran masing-masing.